LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA
HEWAN INVERTEBRATA
LATIHAN 5
PHYLLUM
ARTHROPODA (Ordo Odonata)
Disusun Oleh:
Nama : Zaid Wisnu Abdullah
NIM : A 420110101
LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012/2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Praktikum Kerja Lapangan Mandiri ini telah diperiksa oleh Asisten Dosen
Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata dan telah disetujui oleh Dosen
Pengampu Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Nilai :
Surakarta, 15 November 2012
Mengesahkan,
Dosen Pengampu Asisten
Dwi Setyo Astuti, M.Pd Artista Khoirina Dewi
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar Esa dan atas segala limpahan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya serta Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Sistematika Hewan Invertebrata ini sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan tanpa kendala yang berarti.
Dalam penulisan Laporan
Sistematika Hewan Invertebrata ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
- Allah SWT yang meridhoi penulis sehingga mampu
menyelesaikan Laporan Sistematika Hewan Invertebrata.
- Dosen Pembimbing Praktikum Sistematika
Hewan Invertebrata Ibu Dwi Setya Astuti, M.Pd
- Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistematika
Hewan Invertebrata Ibu Laila Lutfi R.
- Asisten Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata Artista
Khoirina Dewi.
- Kedua Orang
Tua, dan seluruh pihak terkait yang membantu terselesaikannya laporan ini.
Penulis
menyadari bahwa Laporan Sistematika Hewan Invertebrata ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak
terima kasih dan dengan penuh harapan semoga Laporan Sistematika Hewan
Invertebrata ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
para pembaca.
Surakarta,
11 November 2012
Zaid Wisnu Abdullah
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iv
BAB I ........... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C.
Tujuan................................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 3
E. Alat dan Bahan................................................................................... 3
F. Cara Kerja........................................................................................... 4
BAB II
......... TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
BAB III......... PEMBAHASAN
1. Spesies Anax
junius............................................................................. 11
2. Spesies Cordulegaster obliquus.......................................................... 12
3. Spesies Macromia magnifica.............................................................. 13
4. Spesies Pachydiplax longipennis......................................................... 14
5. Spesies Neurothemis terminata........................................................... 14
6. Spesies Trithemis festiva...................................................................... 14
BAB IV
........ PENUTUP.............................................................................................. 16
Kesimpulan............................................................................................. 16
Saran....................................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jika jumlah spesies merupakan
criteria, makan filum inilah yang dewasa ini merupakan yang terbesar. Lebih
dari 765.000 species arthropoda yang berbeda telah diidentifikasi. Jumlah ini
adalh lebih besar dari pada jumlah dari seluruh spesies lain yang ada. Setiap
tahun masih juga ditemukan spesies arthropoda yang baru, yang hidup di berbagai
jenis habitat. Air tawar, air laut. Tanah dan dapat dikatakan hamper seluruh
permukaan bumi penuh dengan arthropoda. Hewan-hewan ini hamper
merupakansatu-satunya jenis hean yang ditemukan di antariksa dan di lereng
gunung-gunung yang penuh dengan salju dan batu-batuan.
Semua anggota filum ini mempunyai
tubuh bersegmen yang terbungkus dalam suatu eksoskeleton bersegmen yang kuat
yang terdiri terutama atas kitin. Pada semua arthropoda yang hidup, anggota
tubuh berbagai species memperlihatkan fungsi dan struktur yang sangat beraneka
ragam. Disamping untuk lokomosi, anggota tubuh itu membantu dalam mendapatkan
makanan, dalam penginderaan, dan sebagai senjata menyerang dan mempertahankan
diri. Tidak seperti annelida, segmen arthropoda dari depan kebelakang
menunjukkan variasi yang besar dalam struktur. Segmen-segmen ini biasanya
dibagi dalam tiga daerah utama yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Filum
Arthropoda terdiri dari 4 Classis, yaitu Crustacea, Arachnaidea, Myriapoda
(Chilopoda dan Diplopoda), dan Insecta.
Crustacea (dalam bahasa latinnya,
crusta= kulit) memiliki kulit yang keras. Udang, lobster, dan kepiting adalah
contoh kelompok ini. Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun
ada yang hidup di darat. Hewan ini memiliki ciri khas, yaitu rangka luar dari
kitin yang keras. Rangka luar ini keras karena mengandung zat kapur. Hewan yang
tergolong kelas Crustcea kebanyakan hidup di laut, sperti kutu air, udang
karang, dan kepiting. Selain itu ada pula yang hidup di air tawar atau di darat
pada tanah yang lembab.
Arachnaidea (dalam bahasa yunani,
arachno = laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan
laba-laba saja. Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnaidea yang
jumlahnya sekitar 32 spesies. Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang
panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan hewan
terestrial (darat) yang hidup secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang
hidup bebas bersifat karnivora.
Myriapoda (Chilopoda dan Diplopoda)
.Dalam system klasifikasi dapat berbeda antara satu system dan yang lainnya.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara ilmuan di dunia pada
system klasifikasi tertentu Diplopoda dan Chilopoda merupakan tingkat kelas,
sedangkan pada system lain Diplopoda dan Chilopoda dikelompokkan dalam kelas
Myriapoda
Insecta (dalam bahasa latin, insecti
= serangga). Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita,
misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan
lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu pula
sering juga disebut hexapoda. Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu
air tawar, laut dan darat. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok
invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang
sebagai parasit. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda
berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda
berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000
jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali
variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.( Alan, W
.1994:156)
Adapun yang melatar belakangi di
adakannya praktikum ini yaitu untuk mengamati hewan-hewan yang tergolong
Arthropoda serta mendeskripsikan dan menyusunnya dalam suatu klasifikasi.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimanakah kehidupan serangga pada ordo odonata, jelaskan dengan
karakteristik, habitat, makanan, reproduksi, dan sistematikanya?
- Apa peranan serangga Odonata bagi kehidupan manusia?
C. Tujuan
- Untuk
mengetahui kehidupan serangga pada ordo odonata yang meliputi:
karakteristik, habitat, makanan, reproduksi, dan sistematikanya.
- Untuk
memahami dan menelaah berbagai peranan dan manfaat serangga bagi kehidupan
manusia.
D.
Manfaat
- Memberikan
pengetahuan pada pembaca mengenai kehidupan serangga ordo odonata melalui
sumber-sumber yang relevan.
- Menumbuhkan
kesadaran pembaca tentang keanekaragaman serangga, peranan dan manfaatnya
bagi kehidupan manusia.
- Mengenal
spesies-spesies dari ordo odonata.
- Menumbuhkan kesadaran pembaca untuk tetap melestarikan keanekaragaman serangga dan tidak membiarkan serangga punah.
E. Alat dan Bahan
- Alat dan
Bahan :
A.
Alat tulis ( 1 set )
B.
Pensil Warna ( 1 set )
C.
Insecta Net ( 2 buah )
D.
Tabel data ( 1 buah )
E.
Buku determinan ( 1 buah )
F.
Toples ( 1 buah )
G.
Beberapa spesies
dari Ordo Odonata
H.
Alkohol 0,3 % (
secukupnya )
F.
Cara Kerja
A.
Menentukan
tempat pencarian Ordo Odonata ini.
B.
Menangkap
spesies dari Ordo Odonata minimal 2 hingga 3 ekor dengan Insecta Net.
C.
Meletakan
spesies tangkapan dalam toples dan masukan alcohol 0,3 % dengan media
perantara kapas, biarkan spesies
tangkapan terbius hingga mati.
D.
Mendeterminan
nama dari spesies Ordo Odonata ini dan catat dalam tabel laporan sementara.
E.
Gambar dan foto
spesies yang ditangkap untuk lampiran dan penyusunan laporan.
F.
Membuat
klasifikasi dan Insectarium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arthropoda berasal dari bahasa
yunani yaitu arthros, sendi dan podos, kaki. Oleh karena ciri utama hewan yang
termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah
spesies anggota filum ini terbanyak bila dibansingkan dengan filum lainnya
yaitu lebih dari 800.000 spesies. Habitat hewan anggota filum ini pada umumnya
adalah di air dan di darat. Sifat hidup arthropoda bervariasi, ada yang hidup
bebas, tetapi ada juga yang bersifat parasit apad organisme lain. Ancestor
arthropoda kemungkinan seperti annelid yang memiliki dinding tubuh berotot dan
tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu. Ukuran dan jumlah segmen setiap
pembagian tubuh tersebut berbeda di dalam kelompok dan berhubungan erat dengan
lingkungan dan aktivitas setiap spesies (Aswari, 2001).
Arthropoda (dalam bahasa latin,
Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri
kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada
tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik
selomata (http://gurungeblog.wordpress.com).
Arthropoda berasal dari bahasa
Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi,
Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong
filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah
spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang
tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang
hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter (http://scienceandri.blogspot.com/2012/04/filum-arthropoda.html).
Capung merupakan salah satu kelompok
serangga yang erat kaitannya dengan air. Memiliki ukuran tubuh relatif besar,
berwarna bagus dan menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang.
Tahapan-tahapan pradewasa adalah aquatik dan yang dewasa biasanya terdapat
dekat air. Semua tahapan adalah pemangsa dan makan berbagai jenis
serangga-serangga dan organisme lain (Amir dan Kahono,2003).
Capung dikelompokkan dalam ordo Odonata. Odonata
artinya rahang bergigi, di bagian ujung labum (bibir bawah) terdapat
tonjolan-tonjolan (spina) tajam menyerupai gigi. Odonata terdiri atas subordo
yaitu subordo Anisoptera memiliki tubuh lebih gemuk dan terbang dengan cepat,
kepala tidak memanjang dalam posisi melintang tetapi membulat, memiliki sayap
belakang lebih lebar pada bagian dasar dibandingkan dengan sayap depan dan
sayap tersebut direntangkan saat istirahat (Emrades, 2008).
Capung juga mengalami metamorfosis
dalam periode kehidupannya. Bedanya, serangga kupu-kupu mengalami metamorfosis
sempurna sedangkan capung tidak, atau hanya mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dimulai dari telur kemudian menjadi larva dan akhirnya menjadi capung
dewasa. Hampir seluruh masa hidup capung sebenarnya dihabiskan pada saat mereka
larva. Larva capung sendiri hidup kira-kira 3 tahun, setelah itu mereka baru
bermetamorfosis menjadi capung dewasa yang bersayap. Capung dewasa ini hanya
bertahan hidup beberapa minggu karena tujuan mereka bermetamorfosis tersebut
hanya untuk menemukan pasangan agar bisa melangsukan perkawinan dan akhirnya
bisa melanjutkan keturunan (Borror, 1992).
Capung merupakan serangga yang tidak
menggigit ataupun bersengat. Capung merupakan hewan yang memiliki peran sebagai
sumber makanan bagi banyak hewan lain, seperti burung, ikan, katak, ataupun
kumbang air. Capung hidup dekat dengan air karena siklus hidupnya yang membuat
mereka tidak bisa hidup jauh dari air. Capung hidup di air bersih. karena itu
capung dan capung jarum berperan bagi manusia sebagai indikator pencemaran
lingkungan. Bila di suatu sumber air tidak lagi ditemukan capung, artinya
lingkungan itu sudah tercemar dan ekosistemnya terganggu (Amirudin, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN
Odonata
merupakan salah satu ordo serangga yang sejak awal berbeda dalam penentuan nama
ordonya dengan serangga lain. Klasifikasi serangga yang dilakukan oleh
Fabricius pada tahun 1775-an menunjukkan bahwa semua serangga digolongan ke
dalam ordo yang berbeda-beda berdasarkan sayapnya kecuali Odonata, yaitu
berdasarkan giginya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang ada saat ini telah
memungkinkan terjadinya perubahan ordo serangga di dunia yang tidak hanya
didasarkan pada bentuk sayap semata. Menurut Wiliam & Felmate (1992), Ordo
Odonata terdiri atas Capung
(Dragonflies) dan Capung Jarum (Damselflies) yang terbagi menjadi tiga subordo
yaitu Anisoptera (8 famili), Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1
famili; 10 famili telah punah). Spesies Odonata di dunia yang telah
terindetifikasi sekitar ± 7.000 spesies. Banyaknya spesies serangga ini di bumi
telah mengilhami para peneliti melakukan berbagai research yang digunakan untuk
kepentingan manusia dengan model Odonata.
Di Indonesia memang belum banyak kajian mengenai hal ini, oleh karena
itu dengan kegiatan Pameran Foto, Peluncuran Buku, dan Seminar Pelestarian
Odonata sebagai Pusaka Alam Indonesia oleh DDS ini akan sangat mendukung
berkembangnya penelitian-penelitian Odonata di Indonesia.
Memiliki
anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat
membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala
dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna
(Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang
dan hidup di dalam air.
Capung
merupakan serangga yang tidak menggigit ataupun bersengat. Capung merupakan
hewan yang memiliki peran sebagai sumber makanan bagi banyak hewan lain,
seperti burung, ikan, katak, ataupun kumbang air. Capung hidup dekat dengan air
karena siklus hidupnya yang membuat mereka tidak bisa hidup jauh dari air.
Capung hidup di air bersih. karena itu capung dan capung jarum berperan bagi
manusia sebagai indikator pencemaran lingkungan. Bila di suatu sumber air tidak
lagi ditemukan capung, artinya lingkungan itu sudah tercemar dan ekosistemnya
terganggu.
Ciri-ciri Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng):
- Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah
dikenal.
- Bersayap membran dua pasang yang mengandungvena
melintang yang kompleksPredacious, kaki digunakan untuk menangkap insect
lainnya hanya pada waktu terbang
- Kawin di udara, telurnya di tanah atau di air,
atau ditanam dalam air, larvanya biasa hidup dalam air
- Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas
dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar.
- Metamorfose sempurna (Holometabola), pada stadium
larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
- Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada
beberapa jenis serangga kecil yang termasuk hama
- Ukuran tubuhnya ada yang besar ada yang kecil
- Tubuh sering berwarna jelas
- Mulut tipe menggigit.
METAMORFOSE
- Capung betina tidak akan kawin lagi setelah
pembuahan. Namun, hal ini bukanlah masalah bagi jenis jantan Calopteryx
virgo. Dengan menggunakan kait pada ekornya, capung jantan menangkap
betinanya di lehernya
- Sang betina melilitkan kakinya di sekitar ekor
capung jantan. Pejantan dengan menggunakan sambungan khusus di ekornya
- Membersihkan mani yang mungkin tertinggal dari
pejantan lain. Kemudian, dia memasukkan maninya ke dalam rongga kelamin
sang betina. Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam, mereka
kadangkala terbang dalam posisi berhimpitan. Capung meninggalkan telur
dewasa di kedangkalan danau atau kolam
- Begitu kepompong menetas dari telur, kepompong
tinggal di dalam air selama tiga sampai empat tahun
- Selama masa tersebut, kepompong juga makan di
dalam air
- Karena itu, ia diciptakan dengan tubuh yang mampu
berenang cepat untuk dapat menangkap ikan dan menjepitnya dengan cukup
kuat untuk mencabik-cabik mangsanya. Dengan tumbuhnya kepompong, kulit
yang membungkus tubuhnya menguat. Ia melepaskan kulit tersebut dalam empat
masa yang berbeda. Ketika sampai pada perubahan terakhir, ia meninggalkan
air dan mulai mendaki tumbuhan tinggi atau batu
- Ia mendaki hingga kakinya terpancang kokoh.
Kemudian, ia melindungi dirinya sendiri dengan bantuan penjepit di ujung
kaki-kakinya. Sekali terpeleset dan terjatuh berarti kematian pada saat
itu.
- Tahap terakhir berbeda dengan empat tahap
sebelumnya, inilah masa ketika Allah membentuk capung menjadi makhluk yang
dapat terbang melalui peralihan yang mengagumkan.
- Punggung kepompong pertama-tama terbelah
- Belahan itu melebar dan menjadi celah terbuka,
tempat makhluk baru yang sangat berbeda dari bentuk sebelumnya, berjuang
untuk keluar. Tubuh yang sangat rentan ini dilindungi dengan ikatan yang
ditarik dari makhluk sebelumnya
- Ikatan ini diciptakan mempunyai kebeningan dan
kelenturan yang sempurna. Jika tidak demikian ikatan akan putus dan tidak
bisa dibawa, yang bisa berarti bahwa ulat tersebut dapat terjatuh ke dalam
air dan mati. Di samping itu, terdapat serangkaian cara khusus yang
membantu capung memecahkan kulit kepompongnya. Tubuh capung menyusut dan
mengeriput di dalam tubuh lamanya. Untuk “membuka” kepompong tersebut,
suatu sistem pompa dan cairan tubuh khusus diciptakan untuk digunakan pada
proses ini. Bagian tubuh yang mengeriput ini menggembung dengan memompakan
cairan tubuhnya setelah berhasil keluar dari celah kepompong
- Sementara itu, larutan-larutan kimiawi mulai
memutus ikatan antara kaki baru dengan kaki lama tanpa merusaknya. Proses
ini sangat sempurna meskipun akan menimbulkan kerusakan seandainya satu
kaki terjebak. Kaki-kaki tersebut dibiarkan mengering dan mengeras selama
sekitar dua puluh menit sebelum digunakan. Sayap-sayapnya sudah terbentuk
sempurna namun masih dalam keadaan terlipat. Cairan tubuh dipompakan
dengan pengerutan tubuh yang kuat ke dalam jaringan sayap
- Sayap tersebut mengering setelah meregang
- Setelah capung meninggalkan tubuh lamanya dan
mengering dengan sempurna, capung mencoba seluruh kaki dan sayapnya.
Kaki-kaki dilipat dan diregangkan satu demi satu dan sayapnya
dinaik-turunkan. akhirnya, serangga ini mencapai bentuk yang dirancang
untuk terbang. Sangatlah sulit bagi siapa pun untuk mempercayai bahwa
makhluk yang terbang sempurna ini sama dengan makhluk yang menyerupai ulat
yang meninggalkan air
- Capung memompakan kelebihan cairan keluar, untuk
menyeimbangkan sistemnya. Metamorfosis selesai dan sang capung siap
mengudara. Kita menyaksikan kemustahilan pernyataan teori evolusi kembali
ketika kita mencoba dengan menggunakan akal untuk menemukan asal mula
peralihan yang menakjubkan ini. Teori evolusi menyatakan bahwa semua
makhluk muncul melalui perubahan acak. Padahal, metamorfosis capung
merupakan suatu proses yang sangat rumit dan tidak memberi celah bahkan
untuk satu kesalahan kecil pun pada tiap-tiap tahap yang dilaluinya.
Rintangan terkecil dalam setiap tahap ini akan mengakibatkan metamorfosis
tidak sempurna yang mengakibatkan luka atau kematian capung. Metamorfosis
benar-benar merupakan daur hidup dengan “kerumitan yang tak
tersederhanakan” sehingga menjadi bukti perancangan yang nyata.
- Pendeknya, metamorfosis capung merupakan satu
dari sekian banyak bukti nyata mengenai betapa sempurnanya Allah
menciptakan makhluk hidup. Seni mengagumkan dari Allah terwujud dengan
sendirinya bahkan dalam seekor serangga.
Pada praktikum Kerja Lapangan Mandiri yang telah kami lakukan kami
menemukan/memdapatkan macam-macam spesies dari ordo Odonata, antara lain;
1. Anax junius
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Subphylum :
Hexapoda
Class :
Insecta
Subclass :
Pterygota
Infraclass :
Palaeoptera
Ordo :
Odonata
Subordo :
Anisoptera
Family :
Aeshnidae
Genus :
Anax
Species :
Anax junius
Habitat
Anax
junius memilih diam atau air tawar sangat lambat bergerak, dengan banyak
vegetasi air, dan hanya dapat berkembang di mana tidak ada ikan predator.
Deskripsi Fisik
Anax
junius adalah salah satu capung terbesar, dengan ukuran jantan mulai 70-76 milimeter panjang dan 90-104
milimeter hamparan, dan ukuran betina mulai dari sekitar 68-80 milimeter
panjang dan 90-106 milimeter di hamparan. Baik jantan dan betina yang ditandai
dengan daerah thoraks hijau dan warna coklat kemerahan bagian perut di daerah
perut, dengan betina yang memiliki warna yang sedikit lebih ringan. Kedua
anggota jantan dan betina dari spesies ini menunjukkan warna biru perut bagian
punggung. Nimfa sepenuhnya air, berkaki enam, dengan mata lateral yang besar.
Reproduksi
Reproduksi
biasanya terjadi pada musim panas bulan Juli dan Agustus. Karena singkatnya
siklus hidup Anax junius dewasa (mungkin hanya beberapa minggu), mereka
terutama berkaitan dengan reproduksi. Untuk mempersiapkan kopulasi, jantan loop
perutnya ke depan untuk mentransfer air mani dari pembukaan yang benar genital ke
wadah yang terletak di genitilia sekundernya. Sekarang jantan siap untuk
memilih jodoh. Sekali ia telah melakukannya, jantan akan terbang ke betina dan,
dengan menggunakan penjepit kelaminnya terletak di ujung perutnya, ia akan
menggenggamnya dengan leher untuk memastikan bahwa dia tidak akan melarikan
diri. Kedua akan membentuk apa yang tampak seperti lingkaran dengan tubuh
mereka sebagai betina sejajar genitilia nya dengan genitilia sekunder jantan
yang terletak di dasar perutnya. jantan kemudian akan memasukkan organ seks
sekunder ke dalam vagina betina, kemasan turun atau menghapus sperma dari
setiap pasangan sebelumnya. Hanya setelah ini akan deposit jantan sperma
sendiri ke betina.
Makanan
Anax junius nimfa seluruhnya karnivora, biasanya makan
serangga air, berudu, dan ikan sangat kecil.
2. Cordulegaster obliquus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Infraclass : Palaeoptera
Ordo : Odonata
Subordo : Anisoptera
Family : Cordulegastridae
Genus : Cordulegaster
Species : Cordulegaster obliquus
Habitat
Biasanya
banyak berada di perkebunan dan juga perairan sawah
Morfologi
Ukuran
panjang tubuh 4-5cm dan rentang 7-8cm, Baik jantan dan betina yang ditandai
dengan daerah thoraks hijau dan warna hitam kehijauan bagian perut, dengan
betina yang memiliki warna yang sedikit lebih muda. Punggung berwarna hijau
tua, berkaki enam, dengan mata lateral yang besar. Mempunyai dua pasang sayap,
bagian belakang lebih lebar. Ekor panjang dengan ujung agak runcing.
Bahaya/manfaat
Tidak
berbahaya/membahayakan kehidupan manusia, bermanfaat untuk mengidentifikasi
kejernihan atau pencemaran air.
3. Macromia magnifica
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class :
Insecta
Subclass : Pterygota
Infraclass : Palaeoptera
Ordo : Odonata
Subordo : Anisoptera
Family : Macromiinae
Genus : Macromia
Species : Macromia magnifica
Habitat
Biasanya
banyak berada di perairan sawah, rerumputan pinggir sungai atau aliran air.
Morfologi
Ukuran
panjang tubuh 4-5cm dan rentang 7-8cm, Baik jantan dan betina yang ditandai
dengan daerah thoraks hijau dan warna hitam kehijauan bergaris-garis bagian
perut yang dikenal dengan (abri/tentara), dengan betina yang memiliki warna yang
sedikit lebih terang. Punggung berwarna hijau tua, berkaki enam, dengan mata
lateral yang besar. Mempunyai dua pasang sayap, bagian belakang lebih lebar.
Ekor panjang dengan ujung melebar.
Bahaya/manfaat
Tidak
berbahaya/membahayakan kehidupan manusia, bermanfaat untuk mengidentifikasi
kejernihan atau pencemaran air.
4. Pachydiplax longipennis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Infraclass : Palaeoptera
Ordo : Odonata
Subordo : Anisoptera
Family : Libellulidae
Genus : Pachydiplax
Species : Pachydiplax longipennis
5. Neurothemis terminata
6. Trithemis
festiva
Neurothemis
terminata Trithemis festiva
Neurothemis terminata dan Trithemis
festiva juga termasuk pada family
Libellulidae mempunyai ciri:
Habitat
Biasanya banyak berada di perairan
sawah (spesies Neurothemis terminata
dan Trithemis festiva), pinggir
sungai (Pachydiplax longipennis) .
Morfologi
Ukuran panjang tubuh 4-5cm dan
rentang 7-8cm (Trithemis festiva), panjang
3-5cm dan rentang 5-7cm (Neurothemis
terminata dan Pachydiplax longipennis).
Pada
spesies Trithemis festiva baik jantan
dan betina yang ditandai dengan daerah thoraks dan perut berwarna kebiruan. jantan
yang memiliki warna yang sedikit lebih terang. Berkaki enam, dengan mata
lateral yang besar. Mempunyai dua pasang sayap, bagian belakang lebih lebar dan
mempunyai ekor panjang.
Pada spesies Neurothemis terminata dan Pachydiplax
longipennis badan berwarna kemerahan begitu juga pada sayapnya. Pada
spesies jantan warna lebih pekat atau tajam. Berkaki enam, bersayap sepasang
dengan bagian belakang lebih lebar. Mempunyai ekor yang lebih pendek di banding
dengan spesies Trithemis festiva.
Bahaya/manfaat
Tidak berbahaya/membahayakan
kehidupan manusia, bermanfaat untuk mengidentifikasi kejernihan atau pencemaran
air.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Odonata termasuk dalam Classis insecta yang mempunyai ciri-ciri sayap
sepasang, sebagian besar habitat hidupnya di air dan bebas di udara, mata
besar, warna bervariasi, morfologi yang berbeda-beda. Spesies ini tidak
berbahaya bagi kehidupan manusia, bermanfaat untuk mengidentifikasi kejernihan
atau pencemaran air dan di daerah tertentu ada juga orang yang mengkonsumsinya.
Saran
Untuk praktikum sebaiknya sering dikonsultasikan
kepada asisten pendamping, dalam pengklasifikasian spesies dan dalam membuat
insektarium perlu kerja sama antara praktikan dan asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M dan S.Kahono.2003. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Java Bagian Barat. Biodiversity Conservation Project
Amirudin. 2006. Diversity and Distribution of
Dragonflies in Sekayu Recreational Forest, Jurnal of Sustainability Science and
Management, Volume 1; 97-106
Aswari, P. 2001. Keanekaragaman
Serangga Air di Taman Nasional Gunung Halimun. Biologi: LIPI
Borror, D. J. C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson.
1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Enam. Terjemahan Soetiyono. UGM
Press. Yogyakarta
Emrades, C. 2008. Jenis-jenis
Capung di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi Limau Manis Kodya Padang. Skripsi Sarjana Biologi, FMIPA,
UNAND: Padang
http://scienceandri.blogspot.com/2012/04/filum-arthropoda.html
(di akses pada Selasa, 11 Desember
2012, pukul 24.00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar